RENCANA BISNIS
MakalahIniDisusunGunaMemenuhiTugas
Mata Kuliah : Kewirausahaan
Dosen pengampu : Bu Ratna Yulia Wijayanti SE, MM.
Kelas ES-G / V
DisusunOleh :
Kelompok9
1.
Andrea Novilianes H. (1420210238)
2.
Septiana Rini
(1420210239)
3.
Siti Rahmawati (1420210240)
4.
Mu’arifah (1420210241)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Banyak wirausahawan
lebih suka langsung meluncurkan perusahaan dan melihat apa yang terjadi
daripada menginvestasikan waktu dan tenganaganya untuk menentukan dan meneliti
target pasar, menentukan strategi dan merencanakan keuangannya. Wirausahawan
sering merasa bahwa proses penyusunan rencana bisnis menjadi hal yang
membosankan dan tak berguna. Kecenderungan mereka adalah langsung memulai
bisnis, mencoba beberapa pendekatan, dan melihat mana yang berhasil. Menyusun
sebuah rencana memang merupakan sebuah
kerja keras, namun demikian, itu merupakan kerja keras yang banyak memberikan
manaat. Para wirausahawan yang menginvestasikan waktu da tenaga mereka untuk
menyusun rencana bisnis akan lebih siap menghadapi lingkungan yang tidak ramah
tempat perusahaan mereka bersaing., dibandingkan dengan para wirausahawan yang
tidak memiliki rencana bisnis. Meskipun menyusun rencana bisnis tidak menjamin
kesuksesan, rencana bisnis ini akan meningkatkan peluang untuk meraih
kesuksesan dalam bisnis bagi para wirausahawan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian Rencana Bisnis?
2.
Apa Fungsi, Manfaat dari Rencana Bisnis?
3.
Apa saja komponen dari Rencana Bisnis?
4.
Bagaimana memulai suatu bisnis?
5.
Apa saja faktor yang menyebabkan kegagalan dalam
rencana bisnis?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Rencana Bisnis
Rencana bisnis adalah suatu dokumen tertulis yang
mengganbarkan secara sistematis suatu usaha yang diusulkan mengenai yang berisi
rincian kegiatan operasi dan rencana keuangan, peluang dan strategi pemasaran
serta keterampilan dn kemampuan manajer. Rencana bisnis biasanya digunakan oleh
wirausaha yang sedang mencari calon investor atau penanam modal untuk menyampaikan
visi mereka kepada calon investor atau penanam modal. Rencana bisnis juga
sering kali digunakan oleh perusahaan untuk menarik karyawan penting, prospek
bisnis baru, berhubungan dengan pemasok barang atau jasa.
Setelah ide untuk memulai usaha muncul, langkah
pertama yang harus dilakukan adalah membuat perencanaan usaha. Menurut Peggy
Lambing (2000 : 131), perencanaan usaha adalah suatu cetak biru tertulis
(blue-print) yang berisikan tentang misi usaha, usulan usaha, operasional
usaha, perincian financial, strategi usaha, peluang pasar yang mungkin
diperoleh, dan kemampuan serta keterampilan pengelolanya. [1]
B.
Fungsi dan Manfaat Rencana Bisnis
Perencanaan usaha sebagai persiapan awal memiliki
fungsi penting, yaitu mencakup hal-hal sebagai berikut.
a.
Sebagai pedoman untuk mencapai keberhasilan
manajeman usaha.
b.
Sebagai alat untuk mengajukan kebutuhan permodalan
yang bersumber dari luar.
Rencana bisnis memberikan manfaat sebagai berikut.
Bagi interpreneur.
1.
Menguraikan waktu, usaha, riset, dan disiplin yang
dibutuhkan untuk bisnis tersebut.
2.
Bebagai analisis menempatkan interpreneur untyk
teliti dan berhati-hati.
3.
Membantu mengembangkan dan menentukan strategi
opersi dan hasil yang diharapkan.
4.
Menyediakan benchmark.
5.
Sebagai alat komunikasi untuk investor.
Bagi pemilik dana
1.
Menguraikan potensi pasar dan rencana untuk
mengamankan pasar.
2.
Mengilistrasikan kemampuan untuk memenuhi
kewajiban.
3.
Mengidentifikasi resiko kritis dan peristiwa krusial
serta renacana kontigensi.
4.
Menyediakan informasi untuk evaluasi bisnis dan
keuangan.
5.
Paduan untuk menilai kemampuan perancnaan dan
manajerial interpreneur.[2]
C.
Komponen Dalam Rencana Bisnis
1.
Ulasan Deskripsi Bisnis
Sebelum menjalan usaha seseorang harus mengetahui secara singkat bidang
usaha pa yang akan dijalankan. Tulis potensi barang atau jasa pada saat ini dan
kemungkinannya di masa depan. Berikan informasi peluang pasarnya serta
perkembangan prodak untuk bisa bertahan dan menysuaikan dengan pasar yang ada.
2.
Strategi Pemasaran
Pemasaran ialah kegian meneliti kebutuhan dan keingan konsumen,
menghasilakan barang atau jasa, menetukan harga, mempromosiakan, dan
mendistribusikan barang dan jasa. Prinsip pemasaran adalah menciptakan nilai
bagi pelangan, keunggulan bersaing dan focus pemasaran.
Setelah memahami
perncanaan usaha, langkah selanjutnya adalah mempelajari dan melatih bagaiman
barang dan jasa yang dihasilkan itu di distribusikan atau dipasarkan. Sesaui dengan
definisi pemasaran, yaitu kegian meneliti kebutuhan dan keinginan konsumen (
probel search ) menghasilkan barang dan jasa sesuai kebutuhan dan keinginan
konsumen (product), menentukan tingkat harga (price), mempromosikannya agar
produk dikenal konsumen (promotion), dan mendistribusikan produk ketempat
konsumen (place), maka tujuan pemasaran adalah bagimana agar barang dan jasa
yang dihasilkan disukai dibutuhkan dan dibeli konsumen. Pemasaran harus
diawalai dengan riset pemasaran, yaitu untuk meneliti kebutuhan dan keinginan
konsumen. Sesuai dengan tujuan pemasaran, maka inti pemasaran adalah penciptaan
nialai yang lebih tinggi bagi konsumen dari pada nilai yang diciptakan oleh
pihak pesaing. Strategi usaha yang cocok dengan konsep tersebut adalah memproduksi
barang dan jasa.[3]
Prinsip dasar
pemasaran, yaitu menciptakan nilai bagi langanan (customer velue), keungulan
bersaing ( competitive advantages ), dan focus pemasaran . tujuan pemasarabn
bukan mendapatkan langganan, akan tetapi memperbaiki situasi bersaing. Dalam
konteks ini, wirausahawan harus mampu memproduksi barang dan jasa dengan mutu
yang lebih baik, hatga yang lebih murah dan penyerahan yang lebih cepat dari
pesaing.
3.
Analisa pesaing
Analisa pesaing digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan pesaing
dalam satu pasar yang sama. Setelah menemukan kekuatan pesaing dan kelemahan
pesaing kemudian mencari strategi untuk memasarkan produk barang atau jasa
dengan cara yang berbeda dengan pesaing.
4.
Rencana Operasinal dan Manajemen
Rencana operasional dan manajeman dibuat untuk menjelaskan bagaimana usaha
akan berjalan. Rencana operasional berfokus pada kebutuhan logistik
perusahaaan, misalnya, bermacam tugas dan tanggung jawab tim manajemen
bagaimana prosedur penugasan antar defisi dalam perusahaan serta kebutuhan
anggaran dan pengeluaran dalam operasional perusahaan.
5.
Pembiayaan
Faktor pembiayaan menkadi unsure penting dalam sebuah rencana bisnis.
Darimana sumber dana berasal, bagaimana mengatur anggaran efisien namun tetap
dapat mengoperasikab seluruh divisi dalam perusahaan agar berjalan lancer.
6.
Kesimpulan usaha
Kesimpulan dari seluruh kerangka bisnis plan. Dapat
menampilkan jadwal waktu tiap komponen yang akan dilakukan, perkiraan waktunya
dan hal-hal yang penting lainnya yang ajan mendukung segala aktivitas dalam
memulai usaha.
Menurut Zimmerer (1993:331) ada beberapa unsur yang harus
ada dalam perencanaan usaha, yaitu meliputi hal-hal berikut.
1.
Ringkasan Pelaksanaan
2.
Profil Usaha
3.
Strategi Usaha
4.
Produk dan Jasa
5.
Strategi Pemasaran
6.
Analisis Pesaing
7.
Ringkasan Karyawan dan Pemilik
8.
Rencana Operasional
9.
Data Finansial
10.
Proposal/ Usul Pinjaman
11.
Jadwal Operasional
Sementara itu, menurut Peggy Lambing (2000:131),
perencanaan bisnis memuat sejumlah topic, yang meliputi hal-hal berikut.
1.
Ringkasan eksekutif (eksecutive summary)
2.
Pernyataan misi (misition statement)
3.
Lingkungan usaha (bisnis environment)
4.
Perencanaan pemasaran (marketing plan)
5.
Tim manajemen (manajemen team)
6.
Data financial (financial data)
7.
Aspek-aspek legal (legal consideration)
8.
Jaminan asuransi (insurance requirements)
9.
Oranng-orang penting (key person)
10.
Pemasok (supplier)
11.
Resiko (risk)
Ringkasan eksekutif (executive summary), menjelaskan tentang :
a)
Maksud usaha
b)
Usulan financial
c)
Permintaan data
d)
Cara menggunakan dana dan cara pembayaran kembali
pinjaman.[4]
D.
Cara Memulai Sebuah Bisnis
Dari hasil penelitian di lapangan terdapat beragam
cara dan sebab untuk memulai usaha. Ada lima sebab atau cara seseorang untuk
memulai merintis usahanya , yaitu:
1.
Faktor keluarga pengusaha
2.
Sengaja terjun menjadi pengusaha
3.
Kerja sampingan (iseng)
4.
Coba-coba
5.
Terpaksa
Pengusaha yang memulai usaha karena faktor keluarga cukup banyak ditemui.
Artinya, seseorang memulai usaha karena keluarga mereka sudah memiliki usaha
sebelumnya. Orang tua atau saudara pengusaha tersebut menganjurkan keluarga
lainnya untuk membuka usaha sendiri. Keluarga sengaja mengader anggota keluarga
lain untuk meneruskan usaha atau membuka cabang atau usaha baru. Dengan
demikian, mulai dari modal, suplai bahan-bahan, sampai manajemen sang pengusaha
pemula tinggal mengikuti yang sudah ada. Kesuksesan usaha seperti ini cukup
banyak terjadi di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia.
Sengaja terjun menjadi pengusaha, artinya seseorang dengan sengaja
mendirikan usaha. Biasanya mereka belajar dari kesuksesan orang lain. Mereka
mengikuti contoh dari pengusaha yang ada dengan mencari modal atau bermitra
dengan orang lain. Modal ini biasanya dilakukan oleh mereka yang berstatus
pegawai, namun memiliki naluri bisnis. Tidak sedikit modal seperti ini mencapai
kesuksesan dan kegagalan orang lain menjadi tuntutan dan pedoman pengusaha ini
dalam menjalankan kegiatan usahanya.
Faktor berikutnya adalah melakukan usaha dengan tidak disengaja, biasanya
dilakukan secara iseng. Ini sering disebut sebagai usaha sampingan atau
tambahan kegiatan. Usaha ini biasanya dilakukan oleh mereka yang mencoba
menjual atau memroduksi sesuatu skala kecil untuk mengisi waktu luang. Akan
tetapi, usaha ini ternyata terus meningkat. Meningkatnya pesanan atau
permintaan ini terus pula direspon oleh pemilik dengan menambah modal dan
kapasitas produksinya. Maka, kegiatan yang semula dilakukan hanya untuk mengisi
waktu senggang menjadi kegiatan yang memberikan hasil yang luar biasa.
Memulai usaha dengan cara coba-coba cukup banyak dilakukan dan juga menuai
kesuksesan. Usaha ini biasanya dilakukan oleh mereka yang belum memiliki
pengalaman, mereka yang kesulitan mencari pekerjaan, atau mereka yang baru
terkena pemutusan hubungan kerja. Namun demikian, tidak sedikit usaha yang
diawali dengan coba-coba ini yang mencapai kesuksesan.
Faktor usaha karena terpaksa memang jarang terjadi, namun berdasarkan hasil
penelitian ternyata ada beberapa wirausahawan yang berhasil karena
keterpaksaan. Mereka biasanya membuka usaha karena kehilangan pekerjaan atau menganggur.
Banyak cara yang dapat dilakukan oleh seseorang untuk memulai usaha, baik
secara berkelompok maupun perorangan. Cara memulai usaha yang lazim dilakukan
adalah sebagai berikut:
1. Mendirikan
usaha
Artinya, seseorang memulai usaha dengan mendirikan
perusahaan yang baru. Dalam hal ini yang harus dilakukan adalah mengurus segala
sesuatu yang berhubungan dengan badan usaha, mulai dari akte notaris sampai
kepengadilan negeri, kemudian mengurus izin-izin yang yang dibutuhkan.
Disamping itu, tugas lain adalah mencari lokasi yang tepat dan menyediakan
peralatan atau mesin yang sesuai dengan usahanya.
2. Membeli
perusahaan
usaha ini dilakukan dengan cara membeli perusahaan
yang sudah ada atau sudah berjalan sebelumnya. Pembelian usaha dapat dilakukan
terhadap perusahaan yang sedang berjalan atau perusahaan yang tidak aktif,
tetapi masih memiliki badan usaha . pembelian meliputi saham berikut aset
perusahaan yang dimiliki.
3. Kerja
sama manajemen dengan sistem waralaba model ini dikembangkan dengan memakai nama
dan manajemen perusahaan lain. Perusahaan pemilik nama disebut sebagai
perusahaan induk dan perusahaan yang menggunakan disebut francise. Dukungan
manajemen yang diberikan oleh franchisor berupa:
- Pemilihan
lokasi usaha
- Bentuk
bangunan
- Layout
gedung dan ruangan
- Peralatan
yang diperlukan
- Pemilihan
karyawan
- Penentuan
atau penyediaan bahan baku atau produksi dan,
- Iklan
bersama
Cara seperti ini sudah dilakukan oleh McDonald,
Indomart, rumah makan sederhana, dan lain-lain.
4. Mengmbangkan
usaha yang sudah ada
Artinya, pengusaha melakukan pengembangan atas
usaha yang sudah ada sebelumnya, baik pengembangan berupa cabang ataupun
penambahan kapasitas yang lebih besar. Biasanya kegiatan seperti ini dilakukan
perusahaan keluarga.[5]
Seperti sudah dikemukakan sebelumnya, meskipun sudah dilakukan
penelitian secara cermat, setiap bisnis atau usaha tidak dijamin seratus oersen
akan berhsil. Adanya hal yang menyababkan usaha tersebut mengalami kegagalan.
Kegagalan ini dapat terjadi karena kesalahan melakukan perhitungan sampai pada
faktor-faktor yang memang tidak dapat dikendalika manusia. Pada akhirnya
kegagalan ini akan menyebabkan kerugian bagi perusahaan.
Secara umum faktor-faktor yag menyebabkan kegagalan terhadap hasil
yang dicapai meskipun telah dilakuakan studi dan perhitungan secara benar dan
sempurna adalah sebagai berikut:
1.
Data
dan informasi tidak lengkap
Pada saat melakukan perenacanaan data dan informasi yang disajikan
kurang lengkap sehinga hal-hal yang seharusnya menjadi penilaian tidak ada.
Oelah karena itu, sebelum usah dijalankan, sebaiknya kumpulkan data dan
informasi selengkapanya, melalui berbagai sumber yang dapat dipercaya kebenaran
datanya.
2.
Salah
perhitungan
Kegagalan dapat pula terjadi karna salah melakukan perhitungan.
Misalnya : rumus atau cara perhitungan yang digunakan salah sehingga hasil yang
dikeluarkan tidak akurat. Dalam hal ini perlu pertimbangan untuk menyediakan
tenaga ahli yang handal dibidangnya.
3.
Pelaksanaan
pekerjaaan salah
Para pelaksana usaha (manajemen) dilapangan sangat memegang peranan
penting dalam keberhasilan melakukan usaha tersebut. Jika para pelaksana
dilapangan tidak mengerjakan usaha secara benar atau tidak sesuai dengan
pedoman yang telah ditetapkan, kemungkinan usaha tersbut gagal sangat besar,
4.
Kondisi
lingkungan
Kegagalan lainnnya disebabkan oleh adanya unssur-unsur yang tidak
dapat kita kendalikan. Artinya pada saat melekukan penelitian dan pengkuran
semuanya sudah selesai dengan tepat dan benar, namun dalam perjalanan terjadi
perubahan lingkungan. Perubahan lingkungan tersebut misalnya perubahan ekonomi,
polytik, hukum, social dan perubahan perilaku masyarakat atau karena bencana
alam.
5.
Unsur
sengaja
Kegagalan sangat fatal disebabkan oleh adanya faktor kesengajaan
untuk berbuat kesalahan. Artinya, karyawan sengaja membuat kesalahan yang tidak
sesuia dengan kondisi yang disebenarnya dengan berbagai sebab.[6]
STUDI KASUS
Pendirian Usaha
Nama Usaha :
Creativitation
Bidang Usaha :
Perdagangan dan jasa perorangan
Jenis Usaha :
penjualan undangan kreatif dalam bentuk
kartu, souvenir, dan video.
Inspirasi usaha : banyknya kartun undangan yang
mahal tapi tidak dapat ada manfaatnya
Tempat usaha :
Rumah pribadi
Perlengkapan : Alat tulis
kantor, Creatif Foam, Hiasan.
Mesin Produksi : (
Percetakan di subcont ke percetakan terpeercaya, murah dan berkualiatas)
Pegawai : pegawai tetap (2-3 orang)
Legalitas usaha :
Non Formal
Srategi
Promosi :
membagikan kartu ucpan sederhana dan kata motivasi di tempat umum ( kereta,
busway, kampus, dan perkantoran) dengan tertulis contact person
Webset :
mengunakan blog pribadi untuk menampilkan contoh-contoh invitation cards dan
video.
Kekuatan yang dimiliki antara lain:
1.
Menjual
kekereatifan dengan harga murah.
2.
Dapat
meminimalissirkan budget suatu acara dapat membuat undangan yang juga berupa
souvenir.
3.
Untuk lebih
hemat biaya, juga menyediakan undangan dalam bentuk video yang dapat diungah dimedia seperti iklan.
4.
Acara yang
dibuat dapat terkenang oleh para tamu karena ide kreatif yang antimaenstream.
5.
Mengurangi
global warming karena kebanyakan undangan dibuat dari kertas yang kemudian
dibuang begitu saja.
6.
Keuntungan
besar karena pegawai hanya sedikit dan tidak mengeluarkan biaya untuk maintenance alat produsi.
7.
Pasarnya adlah
teman-teman sebaya dan lingkungan sekitar tidak perlu berussaha menembus pasar
di kalangan muda.
Kemlemahan :
1.
Kesulitan
mendapatakan ide terus menerus menghasilakan karya kratif dan inovatif.
2.
Karena modal
terbatas, percetakan tidak dilakuakan sendiri sehingga menambah cost untuk
melakuakan percetakan ke tmapat lain.
3.
Dibutuhkan
banya informasi tentag temapat perancanaan termurah dan berkualiatas dan tempat
penjualan bahan kreatif termuarah
4.
Ide usaha baru
sehingga masih belum mendapat pasar baru karena tiadak sesuai dengan budaya dan
kebiasaan di Indonesia.
5.
Kurang
pengalaman dalam bidang usaha ini.
6.
Lemahnya
kendali keuangan segala sesuatu masih dilakukan sendiri.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1.
Rencana bisnis adalah suatu dokumen tertulis yang
mengganbarkan secara sistematis suatu usaha yang diusulkan mengenai yang berisi
rincian kegiatan operasi dan rencana keuangan, peluang dan strategi pemasaran
serta keterampilan dn kemampuan manajer.
2.
Fungsi
rencana bisnis: Sebagai pedoman untuk mencapai keberhasilan manajeman usaha, Sebagai alat untuk mengajukan kebutuhan permodalan yang bersumber dari
luar. Manfaat rencana bisnis bagi entrepreneur adalah menguraikan waktu,
usaha, riset dan disiplin yang dibutuhkan untuk bisnis. Bagi pemilik dana
adalah menguraikan potensi pasar dan rencana pasar.
3.
Komponen
rencana bisnis meliputi ulasan deskripsi bisnis, strategi pasar, analisa
pesaing, rencana desain, dan pengembangan, pembiayaan, kesimpulan usaha.
4.
Ada lima sebab atau cara seseorang untuk memulai
merintis usahanya , yaitu Faktor keluarga pengusaha, Sengaja terjun menjadi pengusaha, Kerja sampingan (iseng), Coba-coba, Terpaksa.
5.
Secara umum faktor-faktor yag menyebabkan
kegagalan bisnis terdiri dari: Data dan informasi tidak lengkap, Salah
perhitungan, Pelaksanaan pekerjaaan salah, Kondisi lingkungan, Unsur sengaja.
DAFTAR
PUSTAKA
Hildamataharisenja.blogspot.com/2015/10/makalah-kewirausahaan-rencana-bisnis.html?m=1
diakses pada tanggal 5 November 2016 pukul 18.45.
Kasmir,
kewirausahaan, , Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2013
Suryana,
kewirausahaan, , Jakarta: Salemba Empat,2013
[1] Suryana, kewirausahaan,
2013, Jakarta: Salemba Empat, hlm. 192
[2]
Hildamataharisenja.blogspot.com/2015/10/makalah-kewirausahaan-rencana-bisnis.html?m=1
diakses pada tanggal 5 November 2016 pukul 18.45.
[3]
Suryana, kewirausahaan,
2013, Jakarta: Salemba Empat, hlm. 198-199
[4]
Ibid, hlm. 192-193
[5]
Kasmir, kewirausahaan, 2013, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, hlm.
38-41
[6]
Ibid, hlm. 58-60